• Bokep Maniak

    pop cash

    Sembahyangku Menggosok Batu-batu


    Setahu saya, mencari bahan batu-batu mulia yang baik bisa ditemukan sembarangan di pinggir pasar burung, warteg dan genangan air bau pasar-pasar tradisional. Setelah batu itu digosok, bau genangan pasar akan hilang, sejarahnya akan tersembunyi dalam kilatannya dan membuat siapa saja ingin memakainya. Untuk mendapatkan keindahan semacam itu perlu proses panjang, gesekan, dan segala perawatan yang itensif macam akik. Ramainya akik adalah ”ayat” yang saya artikan dengan bodoh sebagai peringatan manusia agar jangan malas menggosok kedunguan. Gesekan-gesekan kehidupan dan proses belajar adalah upaya memisahkan kedunguan dari permata pemahaman, kesadaran dan hikmah hidup. Lalu, batu-batu asahan tersebut diikat oleh emban (tali) cinta agar dapat kita pakai; agar keindahan tidak menjerumuskan karena diikat oleh cinta.
    Makin bagus akik, makin melangit harganya. Soal narasi dan mitos apa yang dibangun bersama penjualan batu tersebut boleh bermacam-macam, bergantung pada latar belakang masing-masing orang. Kalau yang sempat sekolah, boleh kiranya menanyakan sertifikat dari uji laboraturium, tingkat kekerasan batu, dll. Kalau kelas tukang beca macam saya, tentu boleh mengaitkan batu tersebut dengan mitos demit dari negeri antah brantah. Lalu, proses yang paling puitis dari itu semua adalah kesepakatan: jadi beli atau cuma basa-basi.
     Kadang saya kerap bertanya: mana yang lebih penting, batu akik yang sudah jadi atau proses menggosoknya? Kalau saya, yang gak ada ganteng-gantengnya blabar pisan (tapi tetep gahool), lebih pantes melakukan yang ke dua, menggosok, dan menyajikan bagi den-sinyo necis berjemari lentik. Jemari saya kurang bagus kalau pakai akik, jadi saya menggosok saja. Bahkan celana jeans saya yang sudah lekrek-suwek, kerap dituduh sebagai tukang gosok yang serius. Jadi, lebih baik saya menggosok saja karena ndakada potongan menyuruh orang menggosokkan. Kalau pun tak ada yang meminta jasa saya menggosok, saya pasti tetap katilenuntuk tetap menggosok batu-batu dimana saja. Karena di tiap jalan yang saya lalui, baik di universitas, tempat kerja, pasar, sevel, kos-kosan, Terminal Senen, penuh batu-batu.

    Batu-batu yang saya temui di sepanjang jalan rata-rata batu bagus semua. Jarang yang buruk. Jadi eman kalau tidak digosok. Kalau pun sudah jadi, batu hasil gosokan saya rata-rata mahal harganya. Kilatan sinar dari batu-batu itu, beserta seratnya akan dihargai mahal di luar. Meski ongkos saya menggosok tidak seberapa, bahkan saya rela tidak dibayar demi batu-batu itu berguna menghias hidup yang muram. Ada yang dipakai di jemari pemilik perusahaan, ada yang dipakai punggawa kampus, ada juga yang dipakai sendiri, ada juga yang tidak seberapa jadi lantas saya lepaskan dan nasib batu-batu itu berkeliaran; bergulat dengan batu-batu lain hingga lebih mengkilap dari dirinya sendiri. Ada juga batu-batu yang berkilat di jemari para suami.
    Inilah saya: tukang gosok batu-batu. Sembahyang saya adalah menggosok, selain lima waktu yang kerap saya jalankan sembarangan.  Laku saya adalah bersabar dan menimang dengan sayang batu-batu itu. Kadang saya menggosoknya kelewat keras, hingga batu itu lecet dan membuat saya terkadang misek-misek nangis kalau malam lantaran menyesal. Ada yang kelewat lembut hingga batu-batu itu tak kunjung kelihatan bentuknya. Biasanya kalau seperti itu, saya juga kerap dibikin nangis. Karena, batu juga bagian dari syariat alam yang berkehendak. Kehendak batu-batu itu juga kerap melukai saya dengan sangat serius di ulu hati saya. Bahkan di tengah proses menggosok, tangan saya juga kerap terluka karena kecerobohan saya.Namanya juga tukang gosok, segala yang baik dari batu-batu itu bukan atas jasa saya karena pada dasarnya yang saya gosok itu batu-batu baik semua. Yang baik adalah karena kehendak-Nya. Kalau ada kesalahan dan kecacatan adalah sepenuhnya keterbatasan saya sebagai manusia yang banyak salah. Lagi pula saya hanya tukang gosok. Ya, Gusti Allah, ampuni hamba kalau kerap keliru, tapi bimbinglah tangan saya agar jangan sampai rusak batu-batumu. Kupasrahkan pada-Mu, ya, Gusti.
    Hasbunallah wani’mal-wakil, ni’mal-mawla wani’man-nashir...

    Roxy, 24 Februari 2016

    Dalbo

    Model: Kang Bejat


    0 komentar:

    Posting Komentar

     

    Blogger news

    About

    Blogroll