• Bokep Maniak

    pop cash

    menenangkan kau


    duh, kau. sebaiknya kau diam! seorang pelacur baru saja mati-sepi di kamar kos. jakarta perlu sirine ambulan untuk menangis. mengajak orang-orang sholat. mengingat bau karbol, jarum suntik, resep di kutang dokter dan tutorial keracunan obat.

    dunia butuh ber KB dengan kabel listrik, kaus kaki bau yang dijejalkan, juga  kondom yang digunting ujungnya. puisi akan menetes dari sana. menumbuhkan bocah kecil dengan rajah iklan pegadaian. kita harus menitipkan anak-anak ke panti pijat agar cerdas, pintar dan beriman seperti jarum suntik. bersahaja seperti pemanis buatan di sevel dan circle-k. jakarta hanya panti jompo raksasa. dijaga puluhan dokter berkaki buntung. sebelah di pegadaian sebelah lainnya di universitas.

    diam! diam! sebaiknya kau berhenti menangis. kita perlu mendengar seminar-seminar kentut. pelatihan mencekik leher, ilmu jambret, tutorial begal dan ajimat menusuk slilit-slilit keinginan dengan gelondong kayu hutan, beton mall dan vibrator. menggetarkan dada jaman dengan puisi yang tak pernah pergi ke kota. puisi yang sibuk mencari wajahnya di keranjang buah dan ikatan sayur.

    sayang. tak kau lihat kah kekasihmu sedang pidato. aku bayangkan diriku menjadi profesor, ekonom universitas sabun mandi. aku ingin menjadi mereka. mengabaikan kemewahan rokok berkelas tukang becak. mengabaikan keberanian kredit motor. mengabaikan ramainya warung-warung remang. sebab dunia adalah catatan dingin dinas sosial. gepeng-gepeng yang layu di kerangkeng dan mati sepi karena nasi kangkung, jamu lemas dan proposal dari kepul asap rokok diskusi mahasiswa di warung remang sambil menyelam pada tuak-oli-autan


    kasihku, nasib hanya perburuan di mata belati. selalu ada yang mati di malam-malam seperti ini, lalu esoknya hanya kabar. tiap orang merenung; tiap orang bersunyi-sunyi. mengalengkan mimpi dan memperbarui arah peta jalan yang menghubungkan jantung dan dubur; dari detak ke jamban: pembuangan tempat segalanya bermula. duh sayang, mengapa masih ada langut di matamu?

    (2015)

    0 komentar:

    Posting Komentar

     

    Blogger news

    About

    Blogroll